Beragam Dampak Kurs Rupiah Melemah

Kemerosotan nilai kurs Rupiah yang terus terjadi di beberapa bulan terakhir cukup menjadi perbincangan hangat. Beragam faktor yang menjadi penyebab dari pelemahan kurs rupiah ini. Diantaranya fundamental ekonomi Indonesia yang masih saja rapuh serta sentimen regional Asia dan negara-negara berkembang lain yang terus memburuk sehingga berakibat kepada pelarian modal yang menuju ke luar negri.

Depresiasi, atau pengurangan nilai tukar (kurs) suatu mata uang, seringkali dipandang sebagai sebuah hal yang negatif. Padahal sebenarnya, ada beberapa pihak yang diuntungkan dan ada pula yang dirugikan. Kurs Rupiah yang melemah sebenarnya juga memiliki beragam implikasi bagi masyarakat, baik itu perusahaan maupun individual.

 

Dampak Pelemahan Rupiah

Dampak Pelemahan Rupiah

 

  1. Nilai Gaji Dalam Valuta Dolar AS Meningkat

    Tanpa perlu dijabarkanpun, fakta ini sudah umum dipahami. Kurs Rupiah yang melemah membuat nilai gaji dalam bentuk Dolar AS atau valuta mata uang asing lainnya jadi meningkat ketika ditukarkan dengan Rupiah. Kiriman bulanan TKI sejumlah 500 USD ke keluarganya di Indonesia misalnya. Ketika kurs Rupiah 12,000 per Dolar AS maka uang sejumlah itu hanya akan setara dengan sekitar 6 juta Rupiah; Namun bila kurs Rupiah sudah melemah hingga 13,000 per Dolar AS maka nilainya akan meningkat menjadi sekitar 6,5 juta Rupiah.

    Tentunya, ini dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi keluarga Indonesia yang kebetulan memiliki kerabat yang bekerja di luar negeri, sekaligus membuat lebih banyak lagi orang berkeinginan untuk menjadi TKI.

 

  1. Meningkatkan Daya Saing Produk Asli Indonesia di Luar Negeri

    Sudah umum diketahui juga bahwa dengan pelemahan kurs Rupiah, harga produk Indonesia akan makin terjangkau bagi konsumen yang berdomisili di luar negeri. Secara teoritis, hal ini dapat meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk buatan Indonesia. Selain itu, perusahaan yang berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri dalam bentuk Dolar AS yang nilainya jadi semakin tinggi seiring dengan melemahnya nilai Rupiah. Dengan sendirinya, kondisi ini dapat meningkatkan volume ekspor Indonesia.

    Meningkatnya daya saing produk buatan Indonesia di luar negeri ini akan berpotensi memicu ekspor Indonesia dan menguntungkan semua perusahaan yang berorientasi ekspor jika biaya produksi barang-barang ekspor itu sendiri bisa distabilkan dalam kisaran normal dan produk Indonesia juga disukai di luar negeri.

 

  1. Harga Barang Impor Naik

    Salah satu dampak yang langsung terasa ketika kurs Rupiah melemah adalah kenaikan harga barang-barang impor. Sebagian besar sesi perdagangan luar negeri Indonesia tentunya dijalankan dengan perantara Dolar AS, sehingga mahalnya kurs Dolar AS akan membuat harga barang impor juga akan makin mahal. Apakah ini bagus?

    Untuk barang-barang impor dari jenis barang konsumsi, mungkin bagus. Katakanlah harga buah impor naik, maka orang mungkin akan lebih tertarik untuk membeli buah-buahan lokal yang harganya lebih murah dan lebih segar. Jika masyarakat lebih suka terhadap buah lokal, maka impor buah pun akan menurun. Pendapatan para importir buah ikut anjlok, tetapi di saat yang bersamaan akan menambah rejeki bagi petani dan pedagang buah lokal.

    Namun, kenaikan harga barang impor ini tentunya akan amat buruk bagi industri yang berbahan baku impor, semisal industri Tempe dan Tahu. Kebutuhan kedelai Indonesia sebagian besar dipenuhi dari para importer. Sehingga bila kurs Rupiah melemah terus menerus, harga kedelai akan makin menjulang tinggi, dan dampaknya secara otomatis harga Tempe dan Tahu akan naik, serta industrinya terancam gulung tikar.

    Semakin banyak industri berbahan baku impor di negri ini, maka dampak kurs rupiah melemah terhadap perekonomian akan semakin besar. Selain karena perusahaan-perusahaan di industri tersebut terancam tutup, para pegawainya dapat di-PHK, dan pertumbuhan ekonominya juga terancam menjadi lambat. Padahal, jumlah industri yang bahan bakunya impor ini banyak sekali, bukan hanya industri Tempe dan Tahu saja.

 

  1. Beban Hutang Negara Dan Swasta Makin Berat

    Guna menjalankan pembangunan suatu negara, pemerintah seringkali perlu berhutang, baik itu secara langsung ke lembaga atau negara tertentu, maupun dengan cara menerbitkan obligasi (surat utang). Perusahaan-perusahaan swasta juga acap kali perlu berhutang untuk mengembangkan usahanya. Jika hutang-hutang ini diambil dalam bentuk Dolar AS, maka pengembaliannya pun juga harus dilakukan dengan mata uang yang sama, walaupun harga kurs Rupiah saat pengembalian hutang berbeda dengan waktu pemberian hutang.

    Umpamakan perusahaan X mengambil hutang sebesar 1 juta USD saat kurs Rupiah masih 12,000 per Dolar AS, atau dengan kata lain perusahaan X akan mendapatkan dana segar dari sumber hutang sebesar 12 milyar Rupiah. Perjanjiannya adalah, satu tahun kemudian ia harus mampu mengembalikan hutang 1 juta USD itu beserta bunga 2% (20,000 USD). Di awal perjanjian, ia mungkin mengira hanya perlu mengembalikan dana sebesar 12 milyar Rupiah plus bunga 240 juta Rupiah. Namun bila saat jatuh tempo pengembalian hutang tiba ternyata kurs Rupiah mengalami pelemahan hingga 13,000 per Dolar AS, maka besar jumlah yang harus dikembalikan perusahaan X tersebut adalah sebesar 13 milyar Rupiah plus bunga 260 juta Rupiah. Atau dengan kata lain, tingkat beban hutangnya akan berlipat ganda dari pinjaman awal.

    Saat krisis tahun 1997/1998 dulu, sebagian besar hutang negri ini baik hutang negara maupun hutang swasta, berbasis Dolar Amerika Serikat. Akibatnya, saat kurs Rupiah melemah secara drastis, perekonomian langsung jatuh kolaps. Namun selama beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah berusaha lebih banyak berhutang dalam jumlah Rupiah, sehingga risiko krisis menjadi lebih kecil. Walau demikian, sebagian hutang Pemerintah Indonesia masih ada yang berdenominasi valuta Dolar AS, begitu pula banyak sekali jumlah hutang perusahaan swasta dalam mata uang tersebut, sehingga saat kurs Rupiah melemah akan tetap terasa efeknya.

 

Demikianlah sejumlah pengaruh signifikan yang diakibatkan oleh dampak kurs Rupiah melemah. Positif atau negatifnya dapmpak pelemahan nilai tukar dapat berbeda-beda bagi setiap orang. Selain empat poin diatas, tentu masih ada sejumlah efek minor lain yang mungkin timbul. Namun dampaknya bagi negara merupakan serangkaian gabungan dari semua dampak negatif dan positif itu, sehingga ibarat kalkulasi dalam matematis, apakah itu menguntungkan atau merugikan hasilnya maka akhirnya akan tergantung kepada lebih banyak mana antara positif dan negatifnya, dan itupun masih bervariasi lagi antar sektor ekonomi.

Speak Your Mind

*

*

Forex dan Valas adalah suatu Perdagangan yang Beresiko Tinggi, yang mungkin tidak cocok untuk sebagian Trader yang Belum Berpengalaman