Prestasi Akademik vs Prestasi Trading

 

Berdasarkan pembicaraan dengan seorang kawan yang saya lakukan beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan sebuah cerita unik. Saking uniknya, saya rasa akan cukup menarik bila saya ceritakan di web yang satu ini.

Kawan saya yang satu ini, memang berusia agak lebih tua dari saya. Tak sekedar tua, ia juga lebih senior di dunia forex trading. Walaupun ia sudah bersedia jika kisahnya saya ceritakan, dirinya berpesan untuk tidak mencantumkan namanya di web ini. Sayapun memakluminya, karena setiap orang memang berhak atas sebuah privasi.

 

Oke, dari sinilah kisahnya bermula.

 

Sharing Dari Teman

Sharing Dari Teman

 

“Pak, Situ kan sudah cukup lama di forex. Awal mula di forex dulu seperti apa sih pak? Apa sering ragu juga seperti trader kebanyakan?”

Awal mula saya memutuskan untuk melakukan trading di forex, saya marasa cukup yakin bahwa saya akan sukses dengan cepat di bidang ini. Biarpun memang terdengar seperti sebuah kesombongan, itulah kenyataan yang saya rasakan dulu.

Sebenernya sih, awalnya dulu masuk ke forex tidak sengaja. Hanya saja, dulu saya sempat mengira jika memahami dan mempelajari bagaimana cara melakukan trading kurang lebihnya akan mirip dengan apa yang saya pelajari dahulu tentang teori-teori ekonomi market. Dari hukum permintaan-penawaran, hingga teori-teori portofolio serta berbagai analisis investasi plus aneka macam teknik statistik, yang kebetulan sudah saya pahami dengan relatif mudah.

Berbekal pengalaman pribadi saat masih kuliah, saya yang terlanjur merasa yakin dengan diri saya yang fast learner, langsung masuk ke dunia forex trading dengan antusias dan semangat. Saya juga memiliki keyakinan tinggi bahwa saya akan segera sukses dan menjadi seorang expert trader. Sungguh, itu tadi keyakinan yang terlampau tinggi ternyata.

 

“Kalo hasil trading bapak, gimana pak?”

Mau tau hasil trading saya di bulan pertama? Hasilnya, benar-benar sukses…MC! Belajar trading untuk saya pribadi sungguh merupakan sebuah pengalaman yang “lain dari pada yang lain”. Kalopun mau berterus terang, di forex trading inilah saya bener-bener bisa merasakan “tidak tau apa-apa” dan juga “bukan siapa-siapa” bahkan sampai merasa “tidak tau harus berbuat apa”.

Hihihi! Komplit banget deh pokoknya!.

Beruntung, perasaan-perasaan tadi (“gagal total”), tidak menjadikan saya menyerah. Justru bagi saya, serangkaian kegagalan total tersebut menjadi tantangan tersendiri yang lumayan membuat penasaran.

 

Jadi, mulailah saya belajar dengan menggunakan cara pandang dan keyakinan baru, bahwa ternyata, prestasi akademik (sekalipun itu di bidang ilmu ekonomi) tidak begitu menjamin kelancaran dalam memelajari trading.

Walaupun saya tetap sepakat bahwa kecerdasan tetaplah diperlukan untuk bisa lebih cepat memahami kondisi yang terjadi di market. Trader yang sukses jelaslah trader yang cerdas. Tapi, “cerdas” disini tidak selalu dikonotasikan dengan prestasi akademik. Saya jadi tahu dan bisa mengerti karena ada teman trader yang sudah bergelar master sekalipun, juga pernah mengalami kegagalan besar pada awal-awal belajar trading. Ada yang mengaku, trading sendiri lebih dipengaruhi oleh aspek psikologis ketimbang teknik.

Awalnya, saya mandang skeptis dengan pernyataan itu. Namun akhirnya, saya mengakui bahwa meski aspek teknis merupakan hal yang mutlak untuk dikuasai guna menjadi trader yang baik, dalam prakteknya aspek psikologis memang cukup menentukan. Itulah mengapa, ada beberapa versi pendapat yang juga menyatakan bahwa psikolog yang mengerti ekonomi justru akan cenderung lebih mampu untuk menjadi trader, yang baik dibanding dengan ahli ekonomi murni.

Tentunya ini bukan berarti seseorang harus menjadi seorang lulusan psikologi untuk mejadi trader yang sukses. Saya juga tidak mengatakan bahwa seseorang yang merupakan lulusan sekolah ekonomi dan memiliki nilai atau prestasi akademik yang baik akan gagal menjadi trader loh ya.

Saya cuma ingin meyampaikan pandangan saya, bahwa ternyata, untuk menjadi seorang trader yang sukses tidak cukup hanya dengan berbekal ilmu dasar tentang bagaimana cara memahami market dan statistic saja. Tetapi kematangan psikologis lebih berperan untuk hal ini.

Kesimpulanya, buat temen-temen trader yang kebetulan memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan statistik, jangan cepat-cepat merasa yakin bahwa anda akan dengan mudah meraih kesuksesan di forex trading.

Memang benar, anda sudah mempunyai kelebihan dalam pemahaman analisis fundamental (ekonomi) dan juga ilmu statistik (teknik). Namun, bagaimanapun juga anda harus tetap mengasah kematangan psikologis terlebih dulu sebelum menanam investasi dalam jumlah besar dan mengandalkan sektor forex trading sebagai sebuah profesi.

Juga, bagi temen-temen trader yang tak memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan ilmu statistic yang telah memadai, jangan langsung putus asa dan berkecil hati. Dalam belajar trading, yang paling utama diperlukan adalah kemauan, kesabaran, dan ketelatenan.

Percayalah, latar belakang pendidikan dan prestasi akademik tidak akan terlalu berpengaruh terhadap prestasi trading kamu di dunia nyata kok. Tidak percaya? Diskusi saja langsung dengan teman tradingmu yang lebih senior darimu. Pasti jawaban mereka tidak akan jauh berbeda.

Baik, terimakasih sudah menyimak artikel ini ya!

 

Speak Your Mind

*

*

Forex dan Valas adalah suatu Perdagangan yang Beresiko Tinggi, yang mungkin tidak cocok untuk sebagian Trader yang Belum Berpengalaman